Parigi- Petani di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah beralih menanam jagung karena produksi padi kian merosot akibat kemarau panjang dan serangan hama.
Nyoman Parta, petani di Desa Lambunu, Kecamatan Lambunu, Senin mengatakan selama musim kemarau 2015 petani di daerahnya sulit mendapatkan air untuk lahan pertanian.
"Sekarang kami sudah beralih ke jagung dan sudah tiga kali panen," katanya.
Menurut Nyoman, walaupun beralih ke jenis pangan lain namun mereka tidak mengalihfungsikan sawah menjadi ladang jagung. Mereka justru membuka lahan baru.
Dia mengatakan saat musim kemarau tiba, pada waktu yang sama pemerintah juga membagi-bagikan bibit jagung untuk program upaya khusus swasembada pangan sehingga memudahkan petani.
"Inilah yang kami kerjakan sekarang," katanya.
Menurut Nyoman, dirinya sudah memanen sebanyak tiga ton jagung di atas areal sekitar satu hektare.
"Teman-teman saya petani juga sudah tanam jagung," katanya.
Dia mengatakan areal sawah tetap dibutuhkan untuk kelangsungan ekonomi mereka.
Menurut dia, jika nanti air sudah kembali normal sawah tersebut kembali digarap.
"Biasa kami produksi padi lima sampai enam ton per hektare," katanya.
Menurut Nyoman, selain faktor ketersediaan air, petani juga kesulitan menghadapi serangan tikus yang menyebabkan produktivitas pertanian menjadi turun.
"Kami juga mohon dibantu bagaimana mengendalikan hama tikus ini," katanya.
Sementara itu Pengamat Air Daerah Irigasi Lambunu Wirno mengatakan penanaman jagung oleh petani tersebut sudah berlangsung lama.
Pada waktu bersamaan kata dia, debit air irigasi Lambunu juga merosot tajam hingga mencapai 60 persen dari sebelumnya 19,8 liter per detik menjadi 7,9 liter per detik.
"Sekarang kita kekurangan air, makanya banyak petani beralih ke jagung. Itu juga program pemerintah untuk swasembada pangan," katanya.
Sumber : Antara Sulteng