Ruangan itu hanya berukuran 30 meter. Di dalamnya, ada lima buah kursi warna hijau buatan Jepang dan alat-alat potong rambut tertata rapi di atas meja. Salah satu kursi terletak di tengah merupakan tempat favorit Kiai Haji Abdurrahman Wahid akrab disapa Gu Dur saat mencukur rambutnya.
Tempat itu adalah Beauty Salon & Barbershop International terletak di lantai IV, Blok II, Pasar Senen, Jakarta Pusat. Tempat cukur yang menjadi langganan Gus Dur buat merapikan rambut ketika dia masih hidup dulu. Sebulan sekali, Gus Dur pasti datang ke tempat itu. "Kalau gak salah beliau itu hampir 20 tahun langganan cukur di sini," ujar Tarwiyah, pemilik sekaligus wanita yang pernah mencukur rambut Gus Dur .
Banyak kisah dari tempat cukur langganan Gus Dur itu. Salah satunya cerita mendiang presiden ke empat itu adalah sikap humornya. Pernah suatu kali, Gus Dur mengerjai ajudannya yang mengantarkannya untuk potong rambut. Waktu itu, Gus Dur datang sambil dituntun oleh ajudannya buat potong rambut. Tongkat ia bawa tersebut lantas disembunyikan Gus Dur di belakang kulkas. Saat hendak pulang, Gus Dur pura-pura tak mengetahui tongkatnya. Padahal, Gus Dur mengerjai ajudannya lantaran tongkatnya di taruh di belakang lemari es.
"Ajudannya pernah dikerjain, tongkatnya ditaruh Gus Dur di belakang kulkas, lalu ajudannya suruh mencari sampe ketemu," tutur Tarwiyah.
Selain cerita humor Gus Dur saat datang untuk mencukur rambut, mantan ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ini juga pernah cerita soal sandal jepit yang kerap ia gunakan saat bepergian. Kepada Tarwiyah dan Yusuf, Gus Dur bercerita jika sandal jepit itu pernah dia gunakan untuk menemui Raja Brunei dan Perdana Menteri Malaysia.
"Kamu tahu gak sendal ini punya sejarah," tanya Gus Dur pada Tarwiyah dan Yusuf waktu itu. Mereka pun tak bisa menjawab.
Gusdur lalu menceritakan, sewaktu masih menjabat sebagai Presiden dia pernah diundang Raja Brunei dan Malaysia. Undangan itu pun ditepati Gus Dur untuk menemui Raja Brunei. Gus Dur datang untuk menemui keduanya hanya mengenakan sandal jepit. "Saya pake sendal jepit ini saat ketemu Raja Brunei dan Malaysia, lah kan mereka butuh saya bukan sendal jepitnya," cerita Gus Dur disambut tawa oleh karyawan Barbershop International.
Kedekatan Gus Dur dengan tukang cukur langganannya memang sudah berlangsung sekitar 20 tahun. Saking dekatnya, Gus Dur pernah mau membantu tukang cukurnya untuk menunaikan ibadah haji. Namun sayang niat itu urung terlaksana. Yusuf Sobhari, tukang cukur pribadinya pergi menghadap sang khalik lebih dulu karena mengalami kecelakaan.
Kabar duka itu pun tak sampai di dengar Gus Dur. Dia baru mengetahui kabar itu ketika datang untuk potong rambut ke Babershop International. "Padahal Gus Dur pernah bilang mau bantu Pak Yusuf naik haji, tapi sudah keburu meninggal," ujar Tarwiyah. Sejak saat itu juga, Gus Dur lebih sering dicukur rambutnya oleh Tarwiyah.
Tuhan juga punya maksud lain, selang beberapa bulan kemudian Gus Dur juga ikut menyusul Yusuf Sobhari menghadap sang khalik. "Akhirnya saya dengar Pak Kiai meninggal bulan Desember. Saya sedih dan nangis," ujar Tarwiyah.
Kini tempat cukur langganan Gus Dur masih berdiri di sebuah lorong Pasar Senen, Jakarta Pusat. Kenangan mendiang Gus Dur juga tak akan pernah dilupakan oleh Tarwiyah, pemilik Barbershop International.