» » Ini Kronologi Jatuhnya AirAsia QZ8501 di Selat Karimata

Ini Kronologi Jatuhnya AirAsia QZ8501 di Selat Karimata

Penulis By on Tuesday, December 1, 2015 | No comments


Jakarta - Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) sudah mengumumkan penyebab jatuhnya pesawat Airasia QZ8501 di Selat Karimata. Kecelakaan bermula dari adanya gangguan di salah satu sistem pesawat.

"Hal ini diawali oleh retakan solder pada electronic module pada rudder travel limiter unit (RTLU) yang lokasinya berada pada vertical stabilizer," ungkap Plt Kasubkom Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Kapten Nurcahyo dalam jumpa pers investigasi jatuhanya pesawat QZ8501 di Kantor KNKT, Jl Medan Merdeka Timur, Jakpus, Selasa (1/12/2015).

Kerusakan ini akhirnya menyebabkan munculnya peringatan (master cauton). Adapun kronologinya adalah sebagai berikut:

05.35 WIB
Pesawat QZ8501 terbang dari Bandara Juanda Surabaya menuju Bandara Changi, Singapura, dengan ketinggian jelajah 32.000 kaki di atas permukaan laut. Seharusnya pesawat yang membawa 156 penumpang tersebut tiba di Singapura pada pukul 07.36 WIB.

06.01
Flight Data Recorder (FDR) mencatat adanya gangguan kerusakan rudder travel limiter (RTL). Gangguan ini juga mengaktifkan electronic centralized aircraft monitoring (ECAM).

Pilot lantas melakukan langkah-langkah sesuai prosedur. Tiga kali gangguan yang sama, pilot masih dapat melakukan recovery. Gangguan ini bukanlah sesuatu yang membahayakan penerbangan.

06.15 WIB
Gangguan keempat muncul, namun dari data black box diketahui bahwa pilot tidak melakukan penanganan yang sama. Indikasinya adalah pilot melakukan penanganan seperti yang terjadi pada peristiwa sebelum ini.

"The same aircraft, the same Pilot in command (PIC) pada tanggal 25 Desember juga mengalami kerusakan yang sama. Namun diperbaiki di engineer di darat," kata Cahyo.

Penanganannya adalah dengan me-reset circuit breaker dari flight augmentation computer (FAC). Cahyo tidak menyebut apakah pilot mencabut CB tersebut, namun indikasinya adalah adanya reset pada kompunen itu.

Tindakan tersebut mengaktikan tanda peringatan kelima yang memunculkan pesan di ECAM berupa Auto FLT FAC 1 FAULT dan keenam yang memunculkan pesan di ECAM berupa kerusakan pada FAC 1 dan 2. Ini adalah gangguan listrik pada 2 komputer pesawat yang mengatur salah satunya sistem kendali pesawat atau rudder yang rusak ini.

"Kemudian auto pilot dan auto thrust tidak aktif. Sistem kendali fly by wire pesawat berganti dari normal law ke alternate law di mana beberapa proteksi tidak aktif," tuturnya.

Pengendalian pesawat secara manual selanjutnya menyebabkan pesawat berada dalam kondisi di mana pilot tidak lagi bisa mengendalikan jalannya pesawat. Atau yang disebut dengan upset condition hingga akhirnya pesawat stall sampai akhir rekaman black box.

"Rudder bergerak sebanyak 2 derajat per detik dan pesawat roll atau berguling mencapai 54 derajat. Kemudian pesawat bisa direcovery hingga level (kembali normal)," terang Cahyo.

Kemudian selama 9 detik, ada kekosongan input dari 2 kendali pesawat. Ini berarti tidak ada kontrol dari pesawat. Diindikasikan ini karena komunikasi yang tidak efektif. Di mana ketika Kapten Pilot Iriyanto meminta push (dorong), namun kopilot justru menarik kendali.

"Kami melihat ada komunikasi yang nggak efektif, saat satu meminta pull down, yang satu push down. Kendali pesawat tidak saling terkait. Di mana kemudi 1 dan 2 tidak terhubung, jadi pilot saling tidak tahu melakukan apa," terang Cahyo.

"Kalau ada input pada kendali secara bersmaaan maka akhirnya penjumlahan. Bila ditarik 5 dan didorong 5 hasilnya jadi 0. Ini yang menyebabkan kekosongan input dan menyulitkan pilot karena tidak tahu sebelah melakukan apa," sambungnya.

Setelah itu tiba-tiba ada input yang membuat pesawat naik ke atas atau pitching up, hidung pesawat berada di atas (menukik). Pesawat naik ke ketinggian 38 ribu kaki dan sudah berada di luar kemampuan pilot untuk recover dan akhirnya miring hingga 104 derajat.

"Dalam catatan FDR, itu dalam kecepatan terendah 57 knot dan ketinggian tertinggi 38 ribu kaki. Ini adalah kondisi puncak dan menyalakan lampu peringatan baik di kopilot maupun di pilot," ujar Cahyo.

Pesawat lantas stall (turun ke bawah) hingga pada ketinggian 29 ribu kaki berada pada posisi level (stabil) sampai akhirnya kemudian secara perlahan jatuh ke laut. Menurut Cahyo, badan pesawat saat jatuh dalam posisi sejajar.

"Itu turunnya 12 ribu feet per menit. Jadi waktu dari 29 ribu kaki hingga sampai pesawat jatuh waktunya sekitar 2,5 menit. Sampai akhir, dua-duanya (kapten pilot dan kopilot) masih terus berusaha mengontrol pesawat," paparnya.

06.20 WIB
Pesawat jatuh di perairan Selat Karimata.
Baca Juga Berita Terkait Lainnya
 
Selamat Datang Di Detik Sulteng I Nomor Telepon Penting : Polda Sulteng – 0451 429701/455095/422522 I Polresta Palu – 0451 421015/457786/453551 I Polsek Palu Barat – 0451 453207 I Polsek Palu Selatan – 0451 481215 I Polsek Palu Timur – 0451 411441 I Sulteng Emergency Service 119 (SES) – 0451-41194 I Pemadam Kebakaran – 0451 423113 I Gegana – 0451 429701/421115 I Kodim – 0451 421913 I PDAM – 0451 482469/482616 I Pelni (Informasi) – 0451 421696 I PLN Area Palu – 0451 423359/421488 I PLN Kamonji – 0451 455666 I PLN Unit Gangguan – 0451 455222 I RSU Anutapura – 0451 90320212 I RSU Bala Keselamatan – 0451 425351/42176 I RSU Budi Agung – 0451 421360 I RSUD Undata – 0451 421470 I Bandara Mutiara (Informasi) – 0451 481702/483714